Sunday, May 6, 2007

Rendahnya Kesadaran akan Pendidikan

Rendahnya Kesadaran akan Pendidikan

Nama : Ajat. S
NPM : 05-031

Pendidikan yang berasal dari kata didik yang mengandung arti memelihara dan memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.(sumber: Muhammad Ali:Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern: Pustaka Amani : Jakarta), merupakan kebutuhan yang sangat penting selain kebutuhan sandang, pangan dan papan yang harus
dipenuhi. Dan pendidikan pada dasarnya terbagi dalam 2 bagian yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang statusnya diakui dan sifatnya berkelanjutan dari tingkat TK sampai dengan Tingkat Perguruan Tinggi guna meningkatkan kecerdasan intelektual berbeda halnya dengan pendidikan non formal yang sifat pendidikannya lebih cenderung kepada pelatihan dan keterampilan semata. Dan kedua hal tersebut untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia guna menghadapi persaingan dalam era globalisasi ini. Namun tidak bisa dipungkiri
pendidikan di Negara Indonesia masih jauh dari harapan apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju.Dan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya:
1. Rendahnya masyarakat terhadap pentingnya pendidikan
Hal ini terbukti dan sebagai contoh masih banyak ditemukan di masyarakat pelosok-pelosok desa di kabupaten Karawang yang tidak mampu baca dan tulis. Dan mereka lebih condong memenuhi kebutuhan jasmani semata.Dan lebih menyedihkan lagi adanya eksploitasi terhadap anak-anak usia sekolah dasar yang disuruh untuk mencari
nafkah dengan cara mengamen kepada para penumpang angkutan kota di jalan Tuparev dengan alasan untuk membantu orang tua dan sekedar buat makan. Dan hal itu memang perbuatan yang mulia namun belum saatnya mereka dipekerjakan seperti itu. Dan ironisnya orang tua mereka tidak memperhatikan keselamatan anak-anaknya di jalanan yang akan mengganggu kelancaran lalu lintas bahkan bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dan sebagai mana kita tahu anak-anak sebagai tunas harapan bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini seharusnya dididik dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan agama bukanlah dieksploitasi untuk bekerja.

2. Masih kurangnya perhatian pemerintah
Dalam hal ini keterlibatan pemerintah sangat penting dalam sektor pendidikan akan tetapi dengan belum terealisasinya anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN merupakan suatu bukti kurangnya perhatian pemerintah dalam sektor pendidikan yang mengakibatkan kurang maksimalnya kegiatan pendidikan yang disebabkan kurangnya
fasilitas yang menunjang pendidikan baik fisik bangunan sekolah yang tidak memadai maupun kurang layak dipakai karena sudah rusak dimakan usia dan kurangnya jaminan kesejahteraan terhadap tenaga pengajar.Dan hal itu mengundang reaksi unjuk rasa terhadap pemerintah yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta (UNJ),ikatan pelajar Muhammadiyah dan aliansi pembaharu pendidikan seraya membentangkan spanduk yang bertuliskan:
a. Realisasikan Anggaran Pendidikan 20 %
b. Evaluasi kebijakan Ujian Nasional
c. Tolak bentuk komersial dan KKN pendidikan (sumber: Pos Kota, 3 Mei 2007)

Hal itu dilakukan bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei. Namun di kota Kediri dalam memperingati HARDIKNAS bukan melalui unjuk rasa melainkan dengan memainkan seruling secara bersama-sama dengan menyanyikan lagu yang berjudul Jasamu Guru dan Terima kasihku yang dimainkan oleh 3415 pelajar kelas 4,5 dan 6 SD dan sekolah menengah pertama(SMP) dan berhasil masuk museum rekor Indonesia (MURI).(sumber: Reportase Pagi Trans TV).
Dan andaikata Mas Soewardi Surya Ningrat yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantoro masih ada mungkin kiranya beliau merasa sedih dan bahagia.Bahagia melihat pendidikan yang sudah maju bila dibandingkan dengan masa beliau yang belajar di bawah tekanan penjajahan Belanda dengan fasilitas yang sangat serba sederhana. Dan
beliau pun sedih jika melihat anak-anak usia sekolah yang harus bekerja dengan alasan membantu orang tua dan sekedar buat makan.
Pembangunan di Indonesia tidak akan berwujud tanpa dukungan oleh semua pihak dan rendahnya SDM Indonesia. Oleh karena itu anak-anak Indonesia harus pandai guna menyongsong masa depannya yang lebih cerah dan salah satu bentuk kepedulian kita terhadap mereka dengan senantiasa mendukung program pemerintah wajib belajar 9 tahun dan menjadi bagian dari gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA).

No comments: