Kita semua tampaknya telah lupa, bahwa kita menginjakkan kaki dibumi yang sama, banyak orang yang selalu saja berdebat dan saling berebut sesuatu yang bukan menjadi hak atasnya, coba saja ketika banyak pejabat yang dirinya melakukan tindakan keji dengan memperkaya diri sendiri dari hasil keringat orang yang tertindas. Mereka berdebat saling menuduh, dan tidak sedikit pula yang ikut mempergunjingkan kelakuannya hanya karena rasa simpati dan kedengkian yang ada dihatinya. Padahal mereka itu pula sama sama tahu bahwa perbuatan itu teramat hina, tetapi siapa dari mereka yang mau mengangkat jari untuk mengakuinya ?.
Di bumi ini kita hidup dan menjalankan rutinitas kehidupan, di Bumi ini pula kita berbuat sesuatu yang sebenarnya lebih banyak merusak daripada memelihara, tetapi kebanyakan dari kita lupa dan lebih banyak berdebat hingga urat leherpun ikut kaku karena teriakan, semua berprinsip dialah yang lebih baik dari mereka semua yang ditujunya. tapi tidakkah kita menyadari bahwa kita semua adalah sama ?, sama-sama memberikan kontribusi yang besar terhadap pengrusakan ini.
Coba saja kita renungkan, betapa hentakkan kaki kita tatkala menjejakkan langkah dibumi ini demikian menghujam hingga meninggalkan bekas yang menyakitkan, belum lagi hantaman mesin dari kemajuan jaman yang juga ikut menancapkan cakar tajamnya hingga menembus kulit yang paling sensitif di tubuh bumi ini. Semua dilakukan hanya karena satu hal, nafsu manusia untuk menciptakan yang terbaik dari bumi ini. Betapa kita semua adalah makhluk ciptaan yang paling menghancurkan dari seluruh mahluk yang diciptakan Tuhan, tidak ada lagi yang ditakuti manusia, tidak terhadap gunung yang memiliki kekuatan panas yang mematikan, tidak pula terhadap laut yang mampu meluluhlantakkan daratan dari gulungan ombaknya, tidak terhadap angin yang mampu menerbangkan setiap benda yang dilaluinya, bahkan mungkin terhadap Azab Tuhan yang lebih menyakitkan dari semua kekuatan yang ada di seantara bumi ini.
Kita masih bisa memandang demikian indahnya langit di atas sana, kita dapat tersenyum dan merasa bangga sebagai bagian dari penghuni bumi yang indah ini, dan kitapun masih bisa tertawa ketika melihat mereka yang demikian tersiksa dibelahan bumi yang panas dan dingin yang tak menentu.
Dimanakah aku berdiri, di antara mereka yang merasa bangga atas kreasinya, atau diantara mereka yang berdiri diam meratapi kesengsaraannya. Aku tak dapat sendiri menjawab persoalan ini, karena aku tahu, aku adalah bagian dari mereka yang juga menghancurkan bumi ini, aku adalah bagian dari mereka yang justeru manapakkan kaki lebih dalam dari mereka, dan aku yang telah menancapkan kuku-kuku panjang yang menghujam hingga bagian menyakitkan. dan aku meratapi sesuatu yang mestinya kubanggakan. tidak ada yang pasti dimana aku berdiri, tidak pula mereka yang bersorak atas kekuatan pijakkan di bumi ini.
Semua karena aku adalah manusia, dan aku berdiri sebagai mahluk yang memiliki nafsu.
Di bumi ini kita hidup dan menjalankan rutinitas kehidupan, di Bumi ini pula kita berbuat sesuatu yang sebenarnya lebih banyak merusak daripada memelihara, tetapi kebanyakan dari kita lupa dan lebih banyak berdebat hingga urat leherpun ikut kaku karena teriakan, semua berprinsip dialah yang lebih baik dari mereka semua yang ditujunya. tapi tidakkah kita menyadari bahwa kita semua adalah sama ?, sama-sama memberikan kontribusi yang besar terhadap pengrusakan ini.
Coba saja kita renungkan, betapa hentakkan kaki kita tatkala menjejakkan langkah dibumi ini demikian menghujam hingga meninggalkan bekas yang menyakitkan, belum lagi hantaman mesin dari kemajuan jaman yang juga ikut menancapkan cakar tajamnya hingga menembus kulit yang paling sensitif di tubuh bumi ini. Semua dilakukan hanya karena satu hal, nafsu manusia untuk menciptakan yang terbaik dari bumi ini. Betapa kita semua adalah makhluk ciptaan yang paling menghancurkan dari seluruh mahluk yang diciptakan Tuhan, tidak ada lagi yang ditakuti manusia, tidak terhadap gunung yang memiliki kekuatan panas yang mematikan, tidak pula terhadap laut yang mampu meluluhlantakkan daratan dari gulungan ombaknya, tidak terhadap angin yang mampu menerbangkan setiap benda yang dilaluinya, bahkan mungkin terhadap Azab Tuhan yang lebih menyakitkan dari semua kekuatan yang ada di seantara bumi ini.
Kita masih bisa memandang demikian indahnya langit di atas sana, kita dapat tersenyum dan merasa bangga sebagai bagian dari penghuni bumi yang indah ini, dan kitapun masih bisa tertawa ketika melihat mereka yang demikian tersiksa dibelahan bumi yang panas dan dingin yang tak menentu.
Dimanakah aku berdiri, di antara mereka yang merasa bangga atas kreasinya, atau diantara mereka yang berdiri diam meratapi kesengsaraannya. Aku tak dapat sendiri menjawab persoalan ini, karena aku tahu, aku adalah bagian dari mereka yang juga menghancurkan bumi ini, aku adalah bagian dari mereka yang justeru manapakkan kaki lebih dalam dari mereka, dan aku yang telah menancapkan kuku-kuku panjang yang menghujam hingga bagian menyakitkan. dan aku meratapi sesuatu yang mestinya kubanggakan. tidak ada yang pasti dimana aku berdiri, tidak pula mereka yang bersorak atas kekuatan pijakkan di bumi ini.
Semua karena aku adalah manusia, dan aku berdiri sebagai mahluk yang memiliki nafsu.
No comments:
Post a Comment